Jadi Bagaimana ?

Perhatian !!!

Post ini  mengandung kata yang kurang berkenan, bagi anda yang tidak suka, silahkan klik tanda (x) pada layar sebelah kiri atas browser anda, lalu klik start, lalu klik shut down pada komputer anda, dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka anda tiga kali, lalu katakan dalam hati "sabar" sebanyak tiga kali. 

Terima kasih.

Dilatar belakangi dari pengalaman, maka saya berniat mempublikasikan pengalaman ini dalam sebuah tulisan. Adapun kesamaan tokoh, nama, situasi dan kondisi bukan hasil rekayasa dan karya yang kurang nyata, melainkan deskriptif yang bukan naratif dan kurang ter eksplosif. 

***

Al kisah pada suatu jaman sebelum secanggih dan segemerlap sekarang ini, terlihat dua sosok manusia yang terlihat tengah asik mahsyuk berjalan di dalam rimba raya hanya demi menggapai sebuah kepuasan memijakan kaki di dataran tertingginya.

Langkah demi langkah, sejengkal demi sejengkal, perlahan namun pasti, dengan penuh keyakinan, mereka terus bergerak maju. Sesekali mereka berhenti saat orang yang berjalan lebih depan terlihat menarik nafas sedikit panjang sambil membetulkan posisi ransel di punggungnya yang terlihat agak miring. Sesekali pula, orang yang berjalan di belakang mengeluarkan sebuah botol air minum untuk menenggak isinya lalu memberikannya ke orang yang berada di depan. Terlihat sangat kompak sekali.

Matahari mulai bergeser ke arah barat, saat kedua sosok manusia ini berdiri bingung di depan sebuah persimpangan seraya melihat kompas dan peta, seolah tidak yakin akan apa yang sedang mereka hadapi.

"elo yakin Mon?" tanya Stu, sambil melipat secarik peta, lalu memasukannya ke dalam kantong celana.

"yakin gue, ini pasti ke kiri deh, tenang aja, ini bukan pertama kali buat gue, pokoknya elo percaya deh" jawab Mon, meyakinkan Stu untuk mengkuti langkahnya.

"pokoknya, kalo nyasar awas ya, lo yang kudu tanggung jawab", Stu mencoba meyakinkan.

"okeh bos, kalo nyasar, semua kebutuhan elo, gue yang tanggung, loe tinggal sebutin, mau loe apa".

"inget, semua kebutuhan gue yeh, makan, kopi, masak, tenda, lo yang ngurus yeh??"

"siap bosss, gak percaya amat loe sama gue, nyokk, kite ngibrit lagi".

Percakapanpun selesai mereka bergerak kembali mengikuti kesepakatan semula.

***

Satu jam sudah mereka berjalan menelusuri baik demi bait rimba raya, matahari yang semula condong ke barat kini semakin meredup pertanda hari sebentar lagi berganti menjadi sore, dan artinya malam segera tiba. Hingga tibalah mereka di penghujung jalan tanpa terusan, yang terlihat hanyalah langit petang hampir gelap dan awan jingga dari kejauhan. Iya, mereka telah tersasar, perjalanan tak dapat di teruskan, karena sebuah jurang tengah menganga di depan mereka.

"Gimana nihh ???, elo yang urus semuanya, kan udah janji loe, kalo nyasar elo yang ngurus, gue mau rebahan dulu yeee" celoteh Stu sambil nyengir agak girang.

"semprullll ... sialllll ... eh, belom tentu ini nyasar, ini kan udah gelap, coba kalo terang, bisa aja ada jalur di samping jurang ini" bantah Mon yang jelas gak terima pasrah begitu saja.

"weiiittt ... Mon, sadar woy, sadar, ini jurang, gak bakalan ada jalur di bawah sini ... iya, kecuali lo mau loncat, baru deh lo liat tuh jalur lo ke neraka ..."

"gak bisa, gue baru mau nyiapin semua kebutuhan lo, kalo kita bener bener kesasar, ini kan belom jelas"

"nah loh, mulai mungkir sekarang???? ... oohhh, jadi mau ingkar janji loe ???"

"eh, perjanjiannya kalo nyasar yeh, ini nyasar aja belom pasti"

"monyong loe ya ..."

"elo tuh yang monyong" mendadak Mon melancarkan kepalan tangannya dengan keras, yang kontan saja mendarat dengan telak di kepala Stu.

"anjing loe ..." Stu yang seketika kaget karena mendapatkan pukulan tanpa pamit, segera membalas dengan memukulkan tinjunya membabi buta.

Perkelahian sengit tak dapat di hindari lagi, mereka bergumul, saling memukul, menendang, mencakar, sesekali berlari, mengejar, di kejar, lalu keduanya lunglai mencium tanah dengan nafas terengah engah akibat kehabisan tenaga.

***

Tenda sudah berdiri, nampak pula api unggun menyala di hadapan dua sosok manusia dengan secangkir kopi di tangan masing-masing.

" Stu ... ternyata sikap gue tadi salah ya?"

"yeppp ... " jawab Stu, singkat.

"gue egois ya?" Mon masih menundukan muka

sambil menarik nafas dalam Stu mennjawab ".............iya........"

"gue, ngeselin ya?"

"bangedddd ..."

"Eh, monyong, jawaban loe gak ngenakin banget, dari tadi kesannya elo paling bener deh, loe gak terima gue sasarin? mau berantem lagi loe?, masih kurang apa tuh bonyok di muka lo??? ... sini loe, gue kemplang lagi ..."

Tanpa banyak cingcong, Stu, segera berbalik badan, masuk ke dalam tenda, seraya bergumam "Sinting ...".

***

Jadi Bagaimana ?