Puncak Sejati Raung

Jika kita sering mendengar istilah "Puncaknya para Dewa" bagi gunung Semeru/Mahameru (3676 mdpl) sebagai gunung tertinggi di pulau jawa, maka gunung Raung (3332 mdpl) mempunyai julukan yang tidak kalah unik. Yaitu "Puncak Sejati", hal ini di sebabkan selain medan yang sangat curam untuk menggapai puncaknya di perlukan juga keahlian memanjat yang baik untuk dapat memijakan kaki di puncak sejati Raung. Selain itu puncak sejati Raung juga masih tergolong "perawan" lho, soalnya belum sampai 1000 pendaki yang dapat memijakan kaki di puncak sejati ini. Hingga saat ini saja baru beberapa tim yang sudah beruntung menggapainya, salah satunya adalah tim dari Mapala UI pada tahun 2003.

Gunung yang terletak di sekitar Banyuwangi jawa timur memiliki kaldera dengan kedalaman 500 meter yang sangat indah sob, wah pokoknya saat pertama kali sampai di puncaknya, mata saya hanya tertuju pada megah dan luasnya kaldera tersebut, benar-benar indah deh.

Sumber gambar

Selain itu, gunung Raung juga terkenal dengan keseramannya sob, bayangkan ada dua nama pos/selter yang menyebutkan namanya saja sudah bikin bulu kuduk merinding, apalagi bila berada disana. Awalnya, saya dan kawan lainnya juga sempat ragu dengan nama pos yang ganjil ini, namun karena penasaran, akhirnya kami menginap juga disana. Nama pos/selter yang paling serem adalah "Pondok Mayit" dan "Pondok Demit". Terbayangkah ???

Kami sempat bermalam di salah satu pos tersebut dan memang terdapat beberapa kejadian aneh deh sob, hihihiy. Dari mulai sakit bergantian, teh manis yang hilang dari botol minuman yang tidak bocor sama sekali, anehnya lagi kami yang mendaki berlima saat itu mengalami mimpi yang sama pada saat bermalam di pondok mayit, yaitu bertemu dengan cewek belanda, ihhhh ... 

Namun bukan itu saja sob, saat kami sampai di Surabaya untuk kembali ke Jakarta, Kamera yang kami gunakan untuk mengambil gambar saat pendakian pun ikut raib isinya, kosong melompong, hanya satu gambar yang tersisa, padahal kamera itu sebelumnya tidak menunjukan penderitaanya, inilah yang paling menyesakan dada dari perjalanan ini, hihihi ..., tiada foto, tiada gambar yang tersisa, kecuali kenangan yang masih tersimpan di otak kami masing-masing (semoga saja otak ini tidak ikut rusak ya, Amin "sambil ngelap muka tiga kali").

Tapi tak apalah, mungkin dengan cara itu saya bisa kembali lagi mengunjungi gunung Raung. Raung tunggulah kedatanganku kembali, wew ... *sambil teriak pake gayung ...