Lelaki Dalam Diam

Perhatian ... !!!

1. Sebelum meneruskan membaca tulisan dibawah ini, persiapkan dahulu posisi duduk anda dengar benar, bisa juga anda siapkan ember, kantong plastik atau wadah lainnya, kemungkinan besar anda akan muntah. 
2. Disarankan juga menyiapkan tisu, kaos kaki atau benda lembut dan lunak lainnya, karena ada kemungkinan juga anda bisa menangis. 
3. Pastikan peredaran darah anda lancar dan stabil, agar mudah diketahui nanti efek dari membaca tulisan dibawah ini. 
4. Bagi yang tidak dapat membaca, dilarang keras membaca tulisan dibawah ini. 
5. Segala efek yang terjadi setelah membaca tulisan di bawah, bukan tanggung jawab penulis.
6. Jika semua hal diatas sudah terpenuhi, tarik napas panjang, dan silahkan membaca. cekidottt. 

Gambarnya emang keren, tapi kalau mau baca turun lagi kebawah ya ...

LELAKI DALAM DIAM

Lelaki itu belum berajak dari sudut sebuah ruang, ruang dimana kegelapan memancar dari matanya, kegelapan yang membawanya jatuh terperosok dalam lubang semakin gelap. Raut kecemasan tampak jelas dari kerutan dahi yang basah oleh keringat yang terus mengucur membanjiri wajah yang tak muda lagi. Sesekali ia mengangkat gelas dan meneguk kopi hitam yang selalu setia menemani malam panjang seperti tak berujung. 

Hening… Malam terus melantunkan lagu kesunyian, membuai jutaan mata untuk tertutup, mengistirahatkan pikiran dan membawa terbang jauh menuju taman-taman nirwana menembus lapisan awan-awan tipis dimana angin akan bertiup pelan hingga tak terdengar suara kegaduhan. 

Lelaki itu masih diam, kokoh dalam ruang, dimana pikirannya mencoba mencerna beribu pertanyaan yang terus menjerat semakin dalam dan terus semakin dalam, menyalahkan setiap inchi langkah kaki yang telah di pijaknya, sedangkan hatinya terus memberikan beribu jawaban, jawaban yang terlontar dari pikirannya. Dan kini dahi berkerut semakin berkerut, mencoba mencocokan setiap jawaban dan pertanyaan. 

“Perang telah di mulai kawan”. Lelaki itu menoleh kearah kiri agar mengetahui siapakah pemilik nada sayup namun terdengar jelas menusuk ruang-ruang genderang telinga melintasi lekukan lekukan syarap hingga berdentum sempurna dalam otaknya. 

Kosong… hampa… matanya tak dapat menemukan pemilik suara itu. Lelaki itu semakin terdiam. 

“inillah hidup, hadapilah kawan”. Kali ini suara itu terdengar dari arah kanan, dimana terdengar dua kali lebih kencang melebihi suara pertama, membuat tubuh lelaki itu bergetar dan terus bergetar sehingga mengurungkan niatnya untuk menoleh, menciutkan nyali yang semenjak tadi menemaninya dalam gelap. 

Lelaki itu tertunduk, lelaki itu terdiam, lelaki itu terlarut, terbawa nyanyian malam yang menawarkan sejuta mimpi membuai titik nurani.

SELESAI

Kesimpulan : gak ada kesimpulan ... !!! *geleng-geleng.